Puisi-puisi Panda MT Siallagan
Ilustrasi. |
Tanah Kami Tak Mungkin Kembali
Kami ikhlaskan juga tanah itu dibelah-belah, sebab kami lelah memeta di mana marwah kami tercecer.
Ulat-ulat lahir beribu, mengerat dedaun dari pohon yang kami tegakkan dari amanah leluhur.
Ranting-ranting patah dan sungai menyeeretnya, berjelajah membaca seluruh tanah.
Maka, susuri sajalah tanah ini hingga di surga. Sebab tanah ini telah seneraka perang
2003
Bunga di Serambi I
Mentari selalu tumbuh di halamanku
setiap pagi. Di dahannya yang hangat,
bergelantungan angin yang mekar
didekap akar-akarnya.
Maka bernyanyilah batang-batangnya:
ini otot kami, pancangkanlah
jadi mantera di dadamu
Dan aku menuang bunga itu
ke dalam ubun-ubun setiap orang
kutanam buahnya di mata semua
kurawat nafasnya di dada segala
Maka rumahku jadi cerita
Cahaya tumbuh jadi serambi
Bersanding dengan pintu yang kudus
2003
Bunga di Serambi II
Angin dari hasrat iblis,
datang membabat bunga-bunga
yang tumbuh di halamanku.
Dari patahan akarnya,
mengalir airmata kesunyian kami
yang sekarat di lorong
sejarah yang bernanah
Bunga-bunga di serambi berguguran
menguntai mimpi buruk di tanah
yang bau darah
2003
Aku Masuk ke Hatimu yang Bersalju
Di dalam matamu yang salju, aku menanam benih cinta. Cinta yang berkecambah dari bola mataku. Karena kutahu, tak akan meleleh jiwa di rahang angin yang beku.
Dan aku tumbuh memamah cinta di dalam matamu yang beku. Tapi gairahku terbit menjelma matahari di kelopak harimu, melelehkan sendiri jiwaku. Yang nyaris mekar di alam matamu yang salju.
2003
* Puisi-puisi pertama kali terbit di harian Riau Pos, 14 Desember 2003
EmoticonEmoticon